Salamat Datang Di Blogscoz Nam Pat

Sabtu, 15 Desember 2018

Laporan Pemeliharaan Ternak Kambing Peranakan Etawa (PE)


LAPORAN PEMELIHARAAN TERNAK KAMBING PERANAKAN ETAWA
(PE)


BAB I.
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Kambing merupakan salah satu komoditas ternak yang cukup potensial untuk dikembangkan. Ternak ini banyak dipelihara di pedesaan,karena telah diketahui kemampuannya beradaptasi dengan lingkungannya yang sederhana, miskin pakan, dan dapat lebih efisien dalam mengubah pakan yang berkualitas rendah menjadi air susu dan daging. Disamping itu kambing mempunyai kemmpuan reproduksi relative tinggi dan tahan terhadap serangan penyakit.
Populasi ternak kambing dengan berbagai jenis yang ada di Jawa Tengah pada tahun 2002 berjumlah 2.974.917 ekor.Populasi ternak kambing tersebut tersebar dibeberapa kabupaten di Jawa Tengah.Kambing PE ( peranakan ettawa ) pada umumnya pada jumlah populasi yang relatife lebih kecil, Karenajumlah peternak yang memilih memelihara ternak kambing PE masih belum banyak. Disisi lain, masih sedikitnya peternak memelihara PE dikarenakan beberapa hal, antara lain : Bibit kambing etawa harganya relative lebih mahal, bibitnya sulit diperoleh dan terbatasnya populasi.
Ternak kambing khususnya kambing Peranakan Ettawa (PE), merupakan salah satu sumberdaya penghasil bahan makanan berupa daging dan susu yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi, dan penting artinya bagi masyarakat. Seiring hal tersebut peternakan kambing memiliki peluang yang cukup besar dengan semakin sadarnya masyarakat akan kebutuhan gizi yang perlu segera dipenuhi.
Peternakan kambing dalam perkembanganya tidaklah semudah yang kita bayangkan. Banyak hal yang menjadi masalah dalam perkembanganya, beberapa masalah tersebut adalahPemeliharaan yang masih bersifat tradisional, Terbatasnya ketersediaan bakalan yang merupakan pengeluaran terbesar dalam suatu proses produksi, Keterbatasan fasilitas yang menimbulkan efek langsung pada proses produksiManajemen pakan yang kurang baik.


B.  Tujuan dan Kegunaan Praktek Kerja Lapang
Adapun tujuan dan kegunaan Praktek Kerja Lapang ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan
Adapun tujuan dalam pelaksanaan praktek kerja lapang ini adalah sebagai berikut:
a.    Mengetahui cara pemeliharaan kambing PE
b.    Mengetahui cara pemberian pakan
c.    Mengetahui cara pengendalian penyakit
2.  Kegunaan
Adapun kegunaan dalam pelaksanaan praktek kerja lapang yaitu
a.       Mampu merasakan dan menganalisa masalah-masalah yang ada pada usaha peternakan kambing PE, yang pada gilirannya mampu menerapkan strategi yang tepat untuk pemecahannya serta memberi tambahan informasi dan wawasan ilmu pengetahuan di bidang peternakan.
b.      Mahasiswa memiliki pengalaman praktis dalam kegiatan pengelolaan peternakan kambing PE sebagai bekal kesiapan mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja.



  




BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Usaha Beternak Kambing
Kambing banyak dipelihara oleh penduduk pedesaan (Mulyono, 2003).Dijelaskan lebih lanjut, alasannya pemeliharaan kambing lebih mudah dilakukan daripada ternak ruminansia besar. Kambing cepat berkembang biak dan pertumbuhan anaknya juga tergolong cepat besar. Menurut Sarwono (2005), nilai ekonomi, sosial, dan budaya beternak kambing sangat nyata. Dijelaskan lebih lanjut, besarnya nilai sumber daya bagi pendapatan keluarga petani bisa mencapai 14-25 % dari total pendapatan keluarga dan semakin rendah tingkat per luasan lahan pertanian, semakin besar nilai sumber daya yang diusahakan dari beternak kambing.
Pendapatan dan nilai tambah beternak kambing akan semakin nyata jika kaidah-kaidah usaha peternakan diperhatikan. Kaidah-kaidah itu antara lain penggunaan bibit yang baik, pemberian pakan yang cukup dari segi gizi dan volume, tatalaksana pemeliharaan yang benar, serta memperhatikan permintaan dan kebutuhan pasar.
Kambing adalah hewan dwi guna, yaitu sebagai penghasil susu dan sebagai penghasil daging (Williamson dan Payne, 1993). Kambing PE adalah bangsa kambing yang paling populer  dan dipelihara secara luas di India dan Asia Tenggara (Devendra dan Burns, 1994). Ciri-ciri kambing PE adalah warna bulu belang hitam putih atau merah dan coklat putih, hidung melengkung, rahang bawah lebih menonjol, jantan dan betina memiliki tanduk, telinga panjang terkulai, memiliki kaki dan bulu yang panjang (Sosroamidjojo, 1991). Kambing PE telah beradaptasi  terhadap kondisi dan habitat Indonesia (Mulyono, 2003).
Mulyono dan Sarwono (2005) menyatakan, bila tata laksana pemeliharaan ternak kambing yang sedang bunting atau menyusui dan anaknya baik, maka  bobot anak kambing bisa mencapai 10-14 kg/ekor ketika disapih pada umur 90-120 hari. Menurut Williamson dan Payne (1993), untuk kambing pedaging ada kecenderungan menunda penyapihan untuk memberikan kesempatan anak kambing memperoleh keuntungan yang maksimal dari susu induknya.
B.  Sistem Pemeliharaan
Sistem pemeliharaan secara ekstensif umumnya dilakukan di daerah yang mahal dan sulit untuk membuat kandang, kondisi iklim yang menguntungkan, dan untuk daya tampung kira-kira tiga sampai dua belas ekor kambing per hektar (Williamson dan Payne 1993).Sistem pemeliharaan secara ekstensif, induk yang sedang bunting dan anak-anak kambing yang belum disapih harus diberi persediaan pakan yang memadai (Devendra dan Burns, 1994).Rata-rata pertambahan bobot badan kambing yang dipelihara secara ekstensif dapat mencapai 20-30 gram per hari (Mulyono dan Sarwono, 2005).
Sistem pemeliharaan secara intensif memerlukan pengandangan terus menerus atau tanpa penggembalaan, sistem ini dapat mengontrol dari faktor lingkungan yang tidak baik dan mengontrol aspek-aspek kebiasaan kambing yang merusak (Williamson dan Payne 1993).Dalam sistem pemeliharaan ini perlu dilakukan pemisahan antara jantan dan betina, sehubungan dengan ini perlu memisahkan kambing betina muda dari umur tiga bulan sampai cukup umur untuk dikembangbiakkan, sedangkan untuk pejantan dan jantan harus dikandangkan atau ditambatkan terpisah (Devendra dan Burns, 1994). Pertambahan bobot kambing yang digemukkan secara intensif bisa mencapai 100-150 gram per hari dengan rata-rata 120 gram per hari atau 700-1.050 gram dengan rata-rata 840 gram per minggu (Mulyono dan Sarwono, 2005).
Sistem pemeliharaan secara semi intensif merupakan gabungan pengelolaan ekstensif (tanpa penggembalaan) dengan intensif, tetapi biasanya membutuhkan penggembalaan terkontrol dan pemberian pakan konsentrattambahan (Williamson dan Payne 1993).Menurut Mulyono dan Sarwono (2005), pertambahan bobot kambing yang digemukkan secara semi-intensif, rata-rata hanya 30-50 gram per hari.
C.  Pakan
Menurut Sarwono (2005), kambing membutuhkan hijauan yang banyak ragamnya. Kambing sangat menyukai daun-daunan dan hijauan seperti daun turi, akasia, lamtoro, dadap, kembang sepatu, nangka, pisang, gamal, puteri malu, dan rerumputan.Selain pakan dalam bentuk hijauan, kambing juga memerlukan pakan penguat untuk mencukupi kebutuhan gizinya.Pakan penguat dapat terdiri dari satu macam bahan saja seperti dedak, bekatul padi, jagung, atau ampas tahu dan dapat juga dengan mencampurkan beberapa bahan tersebut.Sodiq (2002) menjelaskan, ditinjau dari sudut pakan, kambing tergolong dalam kelompok herbivora, atau hewan pemakan tumbuhan.Secara alamiah, karena kehidupan awalnya di daerah-daerah pegunungan, kambing lebih menyukai rambanan (daun-daunan) daripada rumput.
Menurut Kartadisastra (1997), kebutuhan ternak ruminansia terhadap pakan, dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat tergantung pada jenis ternak, umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting atau menyusui), kondisi tubuh (sehat, sakit), dan lingkungan tempat hidupnya (temperatur dan kelembaban nisbi udara).
Pakan sangat dibutuhkan oleh kambing untuk tumbuh dan berkembang biak, pakan yang sempurna mengandung kelengkapan protein, karbohidrat, lemak, air, vitamin dan mineral (Sarwono, 2005). Pemberian pakan dan gizi yang efisien, paling besar pengaruhnya dibanding faktor-faktor lain, dan merupakan cara yang sangat penting untuk peningkatan produktivitas (Devendra dan Burns, 1994).
D.  Perkandangan
Kandang diusahakan menghadap ke timur agar memenuhi persyaratan kesehatan ternak.Bahan yang digunakan harus kuat, murah dan tersedia di lokasi.Kandang dibuat panggung dan beratap dengan tempat pakan dan minum.Dinding kandang harus mempunyai ventilasi (lubang angin) agar sirkulasi udara lebih baik.
Kambing sebaiknya dipelihara dalam kandang untuk:
a.    Memudahkan dalam pengawasan terhadap kambing yang sakit atau yang sedang dalam masa kebuntingan.
b.    Memudahkan dalam pemberian pakan.
c.    Menjaga keamanan ternak.
Ukuran Kandang
a.         Anak: 1 X 1,2 m /2 ekor (lepas sapih)
b.         Jantan dewasa: 1,2 X 1,2 m/ ekor
c.         Dara/ Betina dewasa:1 X 1,2 m /ekor
d.        Induk dan anak: 1,5 X 1,5 m/induk + 2 anak







BAB III
METODE PRAKTEK KERJA LAPANG

A.    Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang
Waktu pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah selama 45 hari terhitung sejak tanggal 15 Agustus sampai dengan tanggal 30 September 2013.
Tempat pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah Dinas pertanian dan peternakan Kabupaten Pinrang, yang kemudian dialihkan ke kawasan peternakan Kabupaten Pinrang yaitu Instalasi Perbibitan Rakyat (IPR) Malimpung kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang.
B.     Jenis Dan Bentuk Kegiatan Yang Dilakukan
Adapun jenis dan bentuk kegitan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1.      Pengenalan Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Pinrang
2.      Melaksanakan program pemeliharaan ternak kambing PE
3.      Pengobatan pada ternak yang sakit.
4.      Sanitasi kandang





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Profil Kabupaten Pinrang
1. Letak Geografis
   Kabupaten Pinrang dengan ibukota Pinrang terletak 185 km disebelah utara ibukota Propinsi Sulawesi Selatan, berada pada posisi 3°19’13” sampai 4°10’30” lintang selatan dan 119°26’30” sampai 119°47’20” bujur timur. Secara administratif, Kabupaten Pinrang terdiri atas 12 kecamatan, 39 kelurahan dan 65 desa. Batas wilayah Kabupaten ini adalah sebelah Utara dengan Kabupaten Tana Toraja, sebelah Timur dengan Kabupaten Sidenreng Rappang dan Enrekang, sebelah Barat Kabupaten Polmas Propinsi Sulawesi Barat dan Selat Makassar, sebelah Selatan dengan Kota Parepare. Luas wilayah Kabupaten mencapai 1. 961,77 km².
2. Topografi Wilayah
Kondisi Topografi wilayah pada umumnya berbukit bukit dengan ketinggian 100 – 2000 meter di atas permukaan laut.
3. Wilayah Administrasi
             Kabupaten Pinrang terdiri dari 12 Kecamatan meliputi  64 Desa dan 39 kelurahan. Kabupaten Pinrang memiliki garis pantai sepanjang 93 Km sehingga terdapat areal pertambakan sepanjang pantai, pada dataran rendah didominasi oleh areal persawahan, bahkan sampai perbukitan dan pegunungan. Kondisi daerah tersebut di atas mendukung Kabupaten Pinrang sebagai daerah potensial untuk sektor pertanian dan memungkinkan berbagai komoditi pertanian (tanaman pangan, perikanan, perkebuanan dan Peternakan) untuk dikembangkan. Ketinggian wilayah 0 – 500 m diatas permukaan laut (60, 41%), ketinggian 500 – 1000 m diatas permukaan laut (19,69%) dan ketinggian 1000 m diatas permukaaan (9,90%).
4.      Keadaan Iklim
Kabupaten Pinrang dipengaruhi oleh 2 musim pada satu periode yang sama, untuk wilayah kecamatan Suppa dan Lembang di pengaruhi oleh musim Sektor barat dan lebih dikenal dengan sektor peralihan dan 10 kecamatan lainnya termasuk sektor timur. Dimana puncak hujan jatuh pada Bulan April dan Oktober. Berdasarkan data curah hujan termasuk tipe iklim A dan B (Daerah basah) suhu ratarata normal 270C dengan kelembaban uadara kurang lebih 80% sampai 85%.
B.     Potensi Kabupaten Pinrang
1.Pertanian
Potensi sektor pertanian di Kabupaten Pinrang terutama tanaman pangan dengan komoditas andalan padi, sangat besar sehingga dapat diandalkan sebagai salah satu andalan stimulator perekonomian daerah ini.Dengan potensi dan keunggulan tersebut Kabupaten Pinrang ditetapkan sebagai salah satu sentra produksi utama pengembangan tanaman padi di Sulawesi Selatan.Adapun lahan panen untuk produksi padi tahun 2008 adalah seluas 85. 259 Ha dan mampu memproduksi padi sebanyak 540. 115 ton, komoditas lainnya yang juga merupakan komoditas andalan adalah tanaman palawija seperti jagung. Produksi jagung di Kabupaten Pinrang Tahun 2008 sebesar 13. 718 ton dengan luas panen 3. 904 Ha. Sedangkan  hortikultura  (buahbuahan) sebanyak 185. 749 ton dan  sayur  sayuran seluas 1. 326 Ha dengan produksi sebesar 7. 800 ton.
Luas sawah 46. 615 ha, berpengairan teknis 37. 575 ha (85 %), yang dapat ditanami tanaman padi dua kali setahun, ratarata luas tanam padi 5 tahun terakhir seluas 86. 305,83 Ha,  produktifitas sebesar 60,35 Kw/ha, produksi sebesar 491. 295 ton GKG  dan surplus beras sebesar 244. 292 ton/tahun setara beras atau menyumbang  (12%) dari target surplus beras  2 juta ton SulSel. Luas tanam jagung tahun 2009, seluas 18. 351 ha, produktifitas 57,33 kw/ha, produksi sebesar 81. 581 ton, (5,4 %) dari target produksi 1,5 juta ton SulSel. Bantuan benih tahun 2009, bantuan benih langsung (BLBU) tahun 2009 melalui SLPTT padi non hibrida 4. 500 ha (180 unit), padi hibrida 15. 000 ha, jagung hibrida 3000 ha dan kedele 500 ha, sedang bantuan benih melalui cadangan benih nasional, padi non hibrida 1. 026 ha, padi gogo 700 ha, jagung 5. 500 ha.
2.    Perkebunan
Tanaman perkebunan yang cukup dominan di Kabupaten Pinrang antara lain kakao yang berproduksi 24. 553 ton dan kelapa (kelapa dalam dan kelapa hybrida) dengan produksi sebanyak 8. 987 ton (DISTANAK, 2013).
3.    Peternakan
Jenis ternak yang diusahakan petani di Kabupaten Pinrang yaitu  sapi, kerbau, kuda dan kambing. Sedangkan jenis unggas yaitu ayam buras, ayam ras petelur, ayam ras pedaging serta itik.
4.         Perikanan dan Kelautan
Potensi sumber daya laut untuk Kabupaten Pinrang yang mempunyai panjang pantai ± 93 Km sangat berlimpah dengan komoditas andalan antara lain perikanan laut dan darat khususnya komoditas ikan dan udang. Produksi udang di Kabupaten Pinrang sebagian besar dipasarkan keluar daerah antar pulau maupun ekspor dengan produksi perikanan darat tahun 2008 sebesar 880,85 ton dengan luas areal pengusahaan seluas 17. 173,45 Ha yang terdiri dari budidaya air payau maupun air tawar.
Kabupaten Pinrang dikenal sebagai salah satu “Lumbung Pangan” di Sulawesi Selatan sekaligus penghasil udang, ikan bandeng, ikan laut, kakao, kopi, kemiri dan kelapa. Sebagai daerah pertanian yang memiliki sumberdaya alam yang cukup, Pinrang juga memiliki kekayaan laut yang membentang sekitar 93 Km dari Parepare sampai ke Polewali Mandar (Polman) Sulbar dan  luas Kabupaten Pinrang yaitu 1. 961,77 km2. Secara administrasi pemerintahan Kabupaten Pinrang terbagi atas 12 Kecamatan yaitu Kecamatan Lembang, Batulappa, Duampanua, Cempa, Patampanua, Tiroang, Paleteang, Watang Sawitto, Mattiro Bulu, Lanrisang, Mattiro Sompe dan Suppa. dari 12 Kecamatan tersebut terdapat 6 (enam) kecamatan yang berada di Wilayah Pesisir dan Laut yaitu Kecamatan Lembang, Duampanua, Cempa, Mattiro Sompe, Lanrisang dan Suppa serta Kabupaten Pinrang memiliki 16 Desa pantai dan 5 Kelurahan pantai. Kabupaten Pinrang dapat dijangkau dengan menggunakan transportasi darat, jarak tempuh dari Kota Makassar adalah sepanjang 173 km dengan waktu tempuh sekitar 3,5 jam.
5.       Kehutanan
               Peranan hutan erat hubungannya dengan munculnya industri sebagai dimensi baru dalam kehidupan ekonomi manusia. Saat ini hutan tidak lagi sematamata dipandang sebagai sumber diperolehnya tanah pertanian baru melainkan sebagai sumber bahan mentah untuk industri, misalnya kayu, rotan dan damar. Areal hutan yang ada di Kabupaten Pinrang seluas 72. 828 Ha dengan rincian fungsi yaitu : Hutan lindung seluas 46. 782 Ha, Hutan produksi terbatas seluas 26. 049 Ha dan lahan kritis seluas 19. 000 Ha serta untuk pesisr pantai yang memungkinkan untuk rehabilitasi hutan mangrov sepanjang ± 92 km.
C.     Instalasi Perbibitan Rakyat (IPR) Malimpung
            Instalasi Perbibitan Rakyat (IPR) Malimpung merupakan suatu usaha peternakan yang sedang dikembangkan oleh bidang pengembangan produksi dan agribisnis peternakan Dinas pertanian dan peternakan Kabupaten Pinrang. Instalasi Perbibitan Rakyat (IPR) Malimpung sudah masuk dalam tahun anggaran 2011, dan sementara dioperasikan pada tahun 2012.
            Adapun komuditas yang sementara dikembang dalam kawasan Instalasi Perbibitan Rakyat Malimpung ini yaitu jenis sapi potong, Kamping peranakan Ettawa, dan  Ayam KUB .
            Luas lahan untuk Instalasi Perbibitan Rakyat (IPR) ini yaitu seluas 900 m2. Dengan pembagian lahan masing masing memiliki fungsi tersendiri. Dengan kata lain, dengan luas 9 Ha tersebut dibagi menjadi beberapa bagian area seperti untuk kantor, rumah, kandang, lahan Hijauan makanan ternak (HMT), Daerah Air Minum (DAM)/ embung dan padang penggembalaan untuk ternak.
            Adapun lokasi Instalasi Perbibitan Rakyat (IPR) Malimpung ini yaitu tepatnya berada dalam kawasan peternakan Kabupaten Pinrang yang terletak di desa Malimpung Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang. Sebelah selatan Kawasan ini berbatasan langsung dengan Kecamatan Paleteang, disebelah  barat berbatasan dengan desa Mattiroade, dan disebelah utara dan timur masingmasing berbatasan dengan desa Sipatuo dan desa Padang Loang.
D.    Pembahasan
Beternak kambing, merupakan salah satu usaha yang cukup menjanjikan karena;
1.      Tidak memerlukan lahan yang luas
2.      Memilikidaya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungansehingga mudah dipelihara dan dikembangkan
3.      Untuk berkembang biak tidak memerlukanwaktu yang lama
4.      Bahan pakan tidak mahal harganya karena dapat memanfaatkan limbah pertanian. Selain itu kambing merupakan sumber protein yang bernilai gizi tinggi
E.     Sistem Pemeliharaan
Instalasi Perbibitan Rakyat( IPR ) menggemukan kambing PE jantan untuk penghasil daging dan memelihara kambing PE betina untuk induk, sebagai penghasil anak. Pemilihan bakalan dilakukan dengan cara melihat cirinya yang mendekati Ettawa yaitu warna bulu belang hitam putih atau merah dan coklat putih, hidung melengkung, rahang bawah lebih menonjol, jantan dan betina memiliki tanduk, telinga panjang terkulai, memiliki kaki dan bulu yang panjang dan kesehatannya.
Sistem pemeliharaan yang digunakan di Instalasi Perbibitan Rakyat (IPR) adalah sistem pemeliharaan secara semi intensif yaitu menempatkan kambing dalam kandang dan mengembalakan , sehingga memudahkan dalam pemantauan kesehatan ternak dan supaya bisa mencari pakan dipadang pengembalaan dengan sendirinya.
Anak Kambing yang Dipilih untuk Bakalan.
Untuk memudahkan dalam pengontrolan ternak, di Instalasi Perbibitan Rakyat sudah mulai melakukan rekording pada ternak.Kegiatan ini dilakukan untuk memudahkan dalam pengelolaan atau pemeliharaan ternak. Hal-hal yang dicatat dalam kartu rekording antara lain jenis kelamin, nomor ternak, penyakit, umur, keadaan ternak dan jenis pakan yang diberikan. Rekording di peternakan ini masih banyak kekurangannya, antara lain belum ada data tentang induk ternak, kebuntingan, dan cara perkawinan (IB atau alami)..
F.      Pakan
Pakan yang diberikan dapat terdiri dari konsentrat dan dedak dengan perbandingan1: 3 atau penggabungan beberapa bahan pakandengan perbandingan dedak sebanyak 50%,bungkil kelapa 25%, tepung jagung 15%, bungkilkacang tanah 8%, garam dapur 1%, tepung tulang0,5% dan kapur 0,5% sebagai pakan tambahan.Kambing dapat diberikan rumput-rumput seperti:rumput gajah, rumput setaria, rumput benggala,rumput raja dan rumput alam dan dedaunan,seperti daun lamtoro, daun turi, daun gamal, daunkacang dan daun kaliandra.
Pakan hijauan /rumput dapat diberikan sebanyak 15 - 20% dari berat badankambing. Pakan konsentrat dapat diberikan 0,5kg/ekor/hari untuk memacu pertumbuhan beratbadan, dapat diberikan growth stimulant (GS)berupa Bio-N-Plus.
Pemberian Pakan
Komposisi rumput dan daunan untuk kambing :
Kambing dewasa membutuhkan 75% rumput dan25% daunan
Kambing bunting membutuhkan 60% rumput dan40% daunan
Kambing menyusui membutuhkan 50% rumputdan 50% daunan
Kambing Anak lepas membutuhkan 60% rumputdan 40% daunan.


G.    Perkandangan
Sistem perkandangan di Instalasi Perbibitan Rakyat ( IPR ) adalah sistem perkandangan kelompok. Kandang merupakan salah satu unsur tata laksana yang harus mendapatkan perhatian yang cukup. Kandang yang baik akan memberikan dampak positif baik bagi ternak itu sendiri maupun bagi peternak. Perkembangan ternak akan optimal karena mempunyai tempat tinggal yang nyaman dan bersih. Pada akhirnya ternak bisa terhindar dari penyakit karena sanitasi kandang  yang baik.
Faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan kandang adalah suhu, cahaya, ventilasi dan kelembaban. Artinya kandang cukup mendapat cahaya matahari, mempunyai ventilasi yang baik dan mendapatkan udara segar yang cukup.
Bahan-bahan pembuat kandang yaitu lantai, dinding dan tempat pakan harus terbuat dari bahan yang mudah didapat dan tahan lama.Penempatan kandang cukup jauh dari rumah penduduk, sehingga kontaminasi dengan kandang semakin kecil.Ukuran kandang untuk masing-masing status fisiologis kambing juga harus diperhatikan.
Untuk kandang kambing yang sedang beranak ukurannya 120 cm x 120 cm/ekor; kandang induk ukurannya 100 cm x 125 cm/ekor; kandang anak ukurannya 100 cm x 125 cm/ekor; kandang pejantan ukurannya 110 cm x 125 cm/ekor dan untuk kandang dara ukurannya 100 cm x 125 cm/ekor.Untuk kambing yang sakit dibuatkan kandang terpisah agar penyakitnya tidak menular.

Dalam hal ini kandang memiliki fungsi sebagai berikut ini:
a.       Kandang harus dapat melindungi kambing dari hewan-hewan pemangsa maupun hewan penganggu.
b.      Kandang harus dapat mempermudah kambing dalam melakukan aktifitas keseharian kambing seperti makan, minum, tidur, kencing, atau buang kotoran.
c.       Kandang dapat mempermudah peternak dalam melakukan pengawasan dan menjaga kesehatan ternak.
d.      Sebagai tindakan preventif agar supaya kambing tidak merusak taneman dan fasilitas lain yang berada di sekitar lokasi kandang, serta menghindari terkonsumsinya pakan yang berbahaya bagi kesehatan kambing.
H.    Pengendalian Penyakit
Kegiatan pengendalian penyakit yang dilakukan meliputi, sanitasi kandang, sanitasi peralatan, sanitasi lingkungan perkandangan, dan sanitasi pekerja.Kandang dibersihkan setiap satu minggu sekali.Sanitasi pekerja dilakukan dua kali sehari (mandi) yaitu sebelum dan sesudah melakukan aktivitas di kandang.Sanitasi pekerja dilakukan agar kebersihan dan kesehatan pekerja dapat terjaga sehingga terhindar dari kuman penyakit yang mungkin berasal dari kambing yang sedang sakit.
Penanganan ternak yang sakit di Instalasi Perbibitan Rakyat (IPR) sudah cukup baik. Ternak yang mengalami mencret, diobati dengan cara diberi larutan garam dan gula masing-masing 10 gram dengan air ± 2,5 liter, atau diberikan larutan oralit atau tablet karbon aktif (norit) sebanyak 2 tablet, juga dapat menggunakan daun jambu biji yang sudah ditumbuk.
Kambing yang terserang kudis diobati dengan menyuntikkan Ivomic ± 2 ml dibawah kulit.Kulit yang terserang digosok dengan beberapa campuran serbuk belerang, kunyit, dan minyak kelapa yang dipanaskan.Selain itu, kambing juga harus disuntik hematopan ± 3 ml, untuk mencegah anemia.
Pemberian Obat pada Ternak yang Sakit.
Pengobatan pada kambing yang cacingan dilakukan dengan beberapa cara antara lain diberi obat cacing jenis Albendazole sebanyak 5 ml secara oral. Obat cacing Dovenix ± 1 ml dan yang disuntikan di bawah kulit (Ilustrasi 8), atau diberi pelet buah pinang (jambe) tua. Selain itu, ternak disuntik dengan Hematopan ± 3 ml.
Pengobatan untuk kambing yang terserang kembung dengan cara memberikan minyak kelapa atau minyak kacang ± 100 ml, menekan perut yang kembung atau menusuknya antara tulang rusuk dan tulang panggul, mulut ternak diusahakan tetap terbuka dan ternak dalam posisi berdiri. Ternak disuntik dengan antibiotika 3 ml dan diberi permethyl 3%, atau minuman bersoda ± 200 ml.
Pengobatan untuk kambing yang terkena penyakit mata dilakukan dengan cara mengolesi mata dengan salep Terramycin 0,1 %, atau dengan disemprotkan air garam ke mata ternak secara rutin, bila sudah kronis diberi obat mata Sofradex.
Penanganan limbah di Instalasi Perbibitan Rakyat ( IPR ), belum maksimal. Limbah padat di peternakan ini hanya di tampung saja, tidak diolah lebih lanjut.Limbah cair hanya dibuang, belum dikelola dengan baik.


  




BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari Praktek Kerja Lapangan di Instalasi Perbibitan Rakyat adalah tatalaksana pemeliharaan ternaknya sudah dilaksanakan dengan baik.Hal ini dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya pengadaan pakan, pengelolaan ternak, pertambahan bobot badan harian, sanitasi, pengendalian penyakit dan sistem perkandangannya.
B.        Saran
Perlu adanya recording yang lebih jelas agar diketahui data tentang induk ternak, kebuntingan, dan perkawinannya.Selain itu, limbah padat dan cair perlu dikelola dengan baik, agar menambah penghasilan.










DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2009. Kambing Etawah. Erlangga.http://www.infoternak.com/kambing kacang(Diakses 17 April 2013)

Blakely, J dan D.H. Blade. 1998. Ilmu Petemakan. Edisi ke-4. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh: B. Srigandono ).

Devendra, C. Dan M. Burns. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Penerbit ITB, Bandung

Kartadisastra, H.R. 1997. Penyediaan dan Pengelolaan Pakan Ternak Ruminansia.Cetakan kesatu. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Jurgens. M. H. 1993. Animal Feeding and Nutrition.Seventh Edition. Kendall/ Hunt Publishing Company, Dubuque.

Mulyono, S. 2003. Teknik Pembibitan Kambing dan Domba. Cetakan Ke -V. Penerbit PT Penebar Swadaya, Jakarta.

Mulyono, S dan B. Sarwono. 2005. Penggemukan Kambing Potong. Cetakan kedua. Penebar Swadaya, Jakarta.

Murtidjo, B.A. 2001. Memelihara Kambing sebagai Ternak Potong dan Perah. Penerbit Kanisius, Yogyakarta.

Sarwono, B. 2005. Beternak Kambing Unggul. Cetakan Ke – VIII. Penerbit PT Penebar Swadaya, Jakarta.

Setiawan, T dan A. Tanius. 2003. Beternak Kambing Perah Peranakan Etawa. Penebar Swadaya, Jakarta.

Siregar, S. B. 1994. Ransum Ternak Ruminansia. Penebar Swadaya, Jakarta.

Sodiq, A. 2002.Kambing Peranakan Etawa Penghasil Susu Berkhasiat Obat. Cetakan Pertama. Agromedia Pustaka, Jakarta.

Sosroamijoyo, M. S. 1991. Ternak Potong dan Kerja.Cetakan Ke-11. CV Yasaguna, Jakarta.

Sugeng, Y.B. 1992. Beternak Sapi Potong. CV Panebar Swadaya, Jakarta.

Tillman, A. D., H. Hartadi, S. Reksohadiprojo, S. Prawiro kusuma dan S.Ledbosoekotjo. 1991.
Cetakan ke-5. Ilmu Makanan Ternak Umum. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.

Williamson, G dan W.J.A. Payne.1993. Pengantar Ilmu Peternakan di Daerah Tropis. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta (diterjemahkan oleh S.G.N. D Darmaja).





BAB I.
PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Kambing merupakan salah satu komoditas ternak yang cukup potensial untuk dikembangkan. Ternak ini banyak dipelihara di pedesaan,karena telah diketahui kemampuannya beradaptasi dengan lingkungannya yang sederhana, miskin pakan, dan dapat lebih efisien dalam mengubah pakan yang berkualitas rendah menjadi air susu dan daging. Disamping itu kambing mempunyai kemmpuan reproduksi relative tinggi dan tahan terhadap serangan penyakit.
Populasi ternak kambing dengan berbagai jenis yang ada di Jawa Tengah pada tahun 2002 berjumlah 2.974.917 ekor.Populasi ternak kambing tersebut tersebar dibeberapa kabupaten di Jawa Tengah.Kambing PE ( peranakan ettawa ) pada umumnya pada jumlah populasi yang relatife lebih kecil, Karenajumlah peternak yang memilih memelihara ternak kambing PE masih belum banyak. Disisi lain, masih sedikitnya peternak memelihara PE dikarenakan beberapa hal, antara lain : Bibit kambing etawa harganya relative lebih mahal, bibitnya sulit diperoleh dan terbatasnya populasi.
Ternak kambing khususnya kambing Peranakan Ettawa (PE), merupakan salah satu sumberdaya penghasil bahan makanan berupa daging dan susu yang memiliki nilai ekonomi yang tinggi, dan penting artinya bagi masyarakat. Seiring hal tersebut peternakan kambing memiliki peluang yang cukup besar dengan semakin sadarnya masyarakat akan kebutuhan gizi yang perlu segera dipenuhi.
Peternakan kambing dalam perkembanganya tidaklah semudah yang kita bayangkan. Banyak hal yang menjadi masalah dalam perkembanganya, beberapa masalah tersebut adalahPemeliharaan yang masih bersifat tradisional, Terbatasnya ketersediaan bakalan yang merupakan pengeluaran terbesar dalam suatu proses produksi, Keterbatasan fasilitas yang menimbulkan efek langsung pada proses produksiManajemen pakan yang kurang baik.
B.  Tujuan dan Kegunaan Praktek Kerja Lapang
Adapun tujuan dan kegunaan Praktek Kerja Lapang ini adalah sebagai berikut:
1. Tujuan
Adapun tujuan dalam pelaksanaan praktek kerja lapang ini adalah sebagai berikut:
a.    Mengetahui cara pemeliharaan kambing PE
b.    Mengetahui cara pemberian pakan
c.    Mengetahui cara pengendalian penyakit
2.  Kegunaan
Adapun kegunaan dalam pelaksanaan praktek kerja lapang yaitu
a.       Mampu merasakan dan menganalisa masalah-masalah yang ada pada usaha peternakan kambing PE, yang pada gilirannya mampu menerapkan strategi yang tepat untuk pemecahannya serta memberi tambahan informasi dan wawasan ilmu pengetahuan di bidang peternakan.
b.      Mahasiswa memiliki pengalaman praktis dalam kegiatan pengelolaan peternakan kambing PE sebagai bekal kesiapan mahasiswa dalam menghadapi dunia kerja.


















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A.    Usaha Beternak Kambing
Kambing banyak dipelihara oleh penduduk pedesaan (Mulyono, 2003).Dijelaskan lebih lanjut, alasannya pemeliharaan kambing lebih mudah dilakukan daripada ternak ruminansia besar. Kambing cepat berkembang biak dan pertumbuhan anaknya juga tergolong cepat besar. Menurut Sarwono (2005), nilai ekonomi, sosial, dan budaya beternak kambing sangat nyata. Dijelaskan lebih lanjut, besarnya nilai sumber daya bagi pendapatan keluarga petani bisa mencapai 14-25 % dari total pendapatan keluarga dan semakin rendah tingkat per luasan lahan pertanian, semakin besar nilai sumber daya yang diusahakan dari beternak kambing.
Pendapatan dan nilai tambah beternak kambing akan semakin nyata jika kaidah-kaidah usaha peternakan diperhatikan. Kaidah-kaidah itu antara lain penggunaan bibit yang baik, pemberian pakan yang cukup dari segi gizi dan volume, tatalaksana pemeliharaan yang benar, serta memperhatikan permintaan dan kebutuhan pasar.
Kambing adalah hewan dwi guna, yaitu sebagai penghasil susu dan sebagai penghasil daging (Williamson dan Payne, 1993). Kambing PE adalah bangsa kambing yang paling populer  dan dipelihara secara luas di India dan Asia Tenggara (Devendra dan Burns, 1994). Ciri-ciri kambing PE adalah warna bulu belang hitam putih atau merah dan coklat putih, hidung melengkung, rahang bawah lebih menonjol, jantan dan betina memiliki tanduk, telinga panjang terkulai, memiliki kaki dan bulu yang panjang (Sosroamidjojo, 1991). Kambing PE telah beradaptasi  terhadap kondisi dan habitat Indonesia (Mulyono, 2003).
Mulyono dan Sarwono (2005) menyatakan, bila tata laksana pemeliharaan ternak kambing yang sedang bunting atau menyusui dan anaknya baik, maka  bobot anak kambing bisa mencapai 10-14 kg/ekor ketika disapih pada umur 90-120 hari. Menurut Williamson dan Payne (1993), untuk kambing pedaging ada kecenderungan menunda penyapihan untuk memberikan kesempatan anak kambing memperoleh keuntungan yang maksimal dari susu induknya.
B.  Sistem Pemeliharaan
Sistem pemeliharaan secara ekstensif umumnya dilakukan di daerah yang mahal dan sulit untuk membuat kandang, kondisi iklim yang menguntungkan, dan untuk daya tampung kira-kira tiga sampai dua belas ekor kambing per hektar (Williamson dan Payne 1993).Sistem pemeliharaan secara ekstensif, induk yang sedang bunting dan anak-anak kambing yang belum disapih harus diberi persediaan pakan yang memadai (Devendra dan Burns, 1994).Rata-rata pertambahan bobot badan kambing yang dipelihara secara ekstensif dapat mencapai 20-30 gram per hari (Mulyono dan Sarwono, 2005).
Sistem pemeliharaan secara intensif memerlukan pengandangan terus menerus atau tanpa penggembalaan, sistem ini dapat mengontrol dari faktor lingkungan yang tidak baik dan mengontrol aspek-aspek kebiasaan kambing yang merusak (Williamson dan Payne 1993).Dalam sistem pemeliharaan ini perlu dilakukan pemisahan antara jantan dan betina, sehubungan dengan ini perlu memisahkan kambing betina muda dari umur tiga bulan sampai cukup umur untuk dikembangbiakkan, sedangkan untuk pejantan dan jantan harus dikandangkan atau ditambatkan terpisah (Devendra dan Burns, 1994). Pertambahan bobot kambing yang digemukkan secara intensif bisa mencapai 100-150 gram per hari dengan rata-rata 120 gram per hari atau 700-1.050 gram dengan rata-rata 840 gram per minggu (Mulyono dan Sarwono, 2005).
Sistem pemeliharaan secara semi intensif merupakan gabungan pengelolaan ekstensif (tanpa penggembalaan) dengan intensif, tetapi biasanya membutuhkan penggembalaan terkontrol dan pemberian pakan konsentrattambahan (Williamson dan Payne 1993).Menurut Mulyono dan Sarwono (2005), pertambahan bobot kambing yang digemukkan secara semi-intensif, rata-rata hanya 30-50 gram per hari.
C.  Pakan
Menurut Sarwono (2005), kambing membutuhkan hijauan yang banyak ragamnya. Kambing sangat menyukai daun-daunan dan hijauan seperti daun turi, akasia, lamtoro, dadap, kembang sepatu, nangka, pisang, gamal, puteri malu, dan rerumputan.Selain pakan dalam bentuk hijauan, kambing juga memerlukan pakan penguat untuk mencukupi kebutuhan gizinya.Pakan penguat dapat terdiri dari satu macam bahan saja seperti dedak, bekatul padi, jagung, atau ampas tahu dan dapat juga dengan mencampurkan beberapa bahan tersebut.Sodiq (2002) menjelaskan, ditinjau dari sudut pakan, kambing tergolong dalam kelompok herbivora, atau hewan pemakan tumbuhan.Secara alamiah, karena kehidupan awalnya di daerah-daerah pegunungan, kambing lebih menyukai rambanan (daun-daunan) daripada rumput.
Menurut Kartadisastra (1997), kebutuhan ternak ruminansia terhadap pakan, dicerminkan oleh kebutuhannya terhadap nutrisi. Jumlah kebutuhan nutrisi setiap harinya sangat tergantung pada jenis ternak, umur, fase (pertumbuhan, dewasa, bunting atau menyusui), kondisi tubuh (sehat, sakit), dan lingkungan tempat hidupnya (temperatur dan kelembaban nisbi udara).
Pakan sangat dibutuhkan oleh kambing untuk tumbuh dan berkembang biak, pakan yang sempurna mengandung kelengkapan protein, karbohidrat, lemak, air, vitamin dan mineral (Sarwono, 2005). Pemberian pakan dan gizi yang efisien, paling besar pengaruhnya dibanding faktor-faktor lain, dan merupakan cara yang sangat penting untuk peningkatan produktivitas (Devendra dan Burns, 1994).
D.  Perkandangan
Kandang diusahakan menghadap ke timur agar memenuhi persyaratan kesehatan ternak.Bahan yang digunakan harus kuat, murah dan tersedia di lokasi.Kandang dibuat panggung dan beratap dengan tempat pakan dan minum.Dinding kandang harus mempunyai ventilasi (lubang angin) agar sirkulasi udara lebih baik.
Kambing sebaiknya dipelihara dalam kandang untuk:
a.    Memudahkan dalam pengawasan terhadap kambing yang sakit atau yang sedang dalam masa kebuntingan.
b.    Memudahkan dalam pemberian pakan.
c.    Menjaga keamanan ternak.
Ukuran Kandang
a.         Anak: 1 X 1,2 m /2 ekor (lepas sapih)
b.         Jantan dewasa: 1,2 X 1,2 m/ ekor
c.         Dara/ Betina dewasa:1 X 1,2 m /ekor
d.        Induk dan anak: 1,5 X 1,5 m/induk + 2 anak
















BAB III
METODE PRAKTEK KERJA LAPANG

A.    Waktu dan Tempat Pelaksanaan Praktek Kerja Lapang
Waktu pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah selama 45 hari terhitung sejak tanggal 15 Agustus sampai dengan tanggal 30 September 2013.
Tempat pelaksanaan Praktek Kerja Lapangan (PKL) adalah Dinas pertanian dan peternakan Kabupaten Pinrang, yang kemudian dialihkan ke kawasan peternakan Kabupaten Pinrang yaitu Instalasi Perbibitan Rakyat (IPR) Malimpung kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang.
B.     Jenis Dan Bentuk Kegiatan Yang Dilakukan
Adapun jenis dan bentuk kegitan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1.      Pengenalan Dinas Pertanian dan Peternakan Kab. Pinrang
2.      Melaksanakan program pemeliharaan ternak kambing PE
3.      Pengobatan pada ternak yang sakit.
4.      Sanitasi kandang





BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

A.    Profil Kabupaten Pinrang
1. Letak Geografis
   Kabupaten Pinrang dengan ibukota Pinrang terletak 185 km disebelah utara ibukota Propinsi Sulawesi Selatan, berada pada posisi 3°19’13” sampai 4°10’30” lintang selatan dan 119°26’30” sampai 119°47’20” bujur timur. Secara administratif, Kabupaten Pinrang terdiri atas 12 kecamatan, 39 kelurahan dan 65 desa. Batas wilayah Kabupaten ini adalah sebelah Utara dengan Kabupaten Tana Toraja, sebelah Timur dengan Kabupaten Sidenreng Rappang dan Enrekang, sebelah Barat Kabupaten Polmas Propinsi Sulawesi Barat dan Selat Makassar, sebelah Selatan dengan Kota Parepare. Luas wilayah Kabupaten mencapai 1. 961,77 km².
2. Topografi Wilayah
Kondisi Topografi wilayah pada umumnya berbukit bukit dengan ketinggian 100 – 2000 meter di atas permukaan laut.
3. Wilayah Administrasi
             Kabupaten Pinrang terdiri dari 12 Kecamatan meliputi  64 Desa dan 39 kelurahan. Kabupaten Pinrang memiliki garis pantai sepanjang 93 Km sehingga terdapat areal pertambakan sepanjang pantai, pada dataran rendah didominasi oleh areal persawahan, bahkan sampai perbukitan dan pegunungan. Kondisi daerah tersebut di atas mendukung Kabupaten Pinrang sebagai daerah potensial untuk sektor pertanian dan memungkinkan berbagai komoditi pertanian (tanaman pangan, perikanan, perkebuanan dan Peternakan) untuk dikembangkan. Ketinggian wilayah 0 – 500 m diatas permukaan laut (60, 41%), ketinggian 500 – 1000 m diatas permukaan laut (19,69%) dan ketinggian 1000 m diatas permukaaan (9,90%).
4.      Keadaan Iklim
Kabupaten Pinrang dipengaruhi oleh 2 musim pada satu periode yang sama, untuk wilayah kecamatan Suppa dan Lembang di pengaruhi oleh musim Sektor barat dan lebih dikenal dengan sektor peralihan dan 10 kecamatan lainnya termasuk sektor timur. Dimana puncak hujan jatuh pada Bulan April dan Oktober. Berdasarkan data curah hujan termasuk tipe iklim A dan B (Daerah basah) suhu ratarata normal 270C dengan kelembaban uadara kurang lebih 80% sampai 85%.
B.     Potensi Kabupaten Pinrang
1.Pertanian
Potensi sektor pertanian di Kabupaten Pinrang terutama tanaman pangan dengan komoditas andalan padi, sangat besar sehingga dapat diandalkan sebagai salah satu andalan stimulator perekonomian daerah ini.Dengan potensi dan keunggulan tersebut Kabupaten Pinrang ditetapkan sebagai salah satu sentra produksi utama pengembangan tanaman padi di Sulawesi Selatan.Adapun lahan panen untuk produksi padi tahun 2008 adalah seluas 85. 259 Ha dan mampu memproduksi padi sebanyak 540. 115 ton, komoditas lainnya yang juga merupakan komoditas andalan adalah tanaman palawija seperti jagung. Produksi jagung di Kabupaten Pinrang Tahun 2008 sebesar 13. 718 ton dengan luas panen 3. 904 Ha. Sedangkan  hortikultura  (buahbuahan) sebanyak 185. 749 ton dan  sayur  sayuran seluas 1. 326 Ha dengan produksi sebesar 7. 800 ton.
Luas sawah 46. 615 ha, berpengairan teknis 37. 575 ha (85 %), yang dapat ditanami tanaman padi dua kali setahun, ratarata luas tanam padi 5 tahun terakhir seluas 86. 305,83 Ha,  produktifitas sebesar 60,35 Kw/ha, produksi sebesar 491. 295 ton GKG  dan surplus beras sebesar 244. 292 ton/tahun setara beras atau menyumbang  (12%) dari target surplus beras  2 juta ton SulSel. Luas tanam jagung tahun 2009, seluas 18. 351 ha, produktifitas 57,33 kw/ha, produksi sebesar 81. 581 ton, (5,4 %) dari target produksi 1,5 juta ton SulSel. Bantuan benih tahun 2009, bantuan benih langsung (BLBU) tahun 2009 melalui SLPTT padi non hibrida 4. 500 ha (180 unit), padi hibrida 15. 000 ha, jagung hibrida 3000 ha dan kedele 500 ha, sedang bantuan benih melalui cadangan benih nasional, padi non hibrida 1. 026 ha, padi gogo 700 ha, jagung 5. 500 ha.
2.    Perkebunan
Tanaman perkebunan yang cukup dominan di Kabupaten Pinrang antara lain kakao yang berproduksi 24. 553 ton dan kelapa (kelapa dalam dan kelapa hybrida) dengan produksi sebanyak 8. 987 ton (DISTANAK, 2013).
3.    Peternakan
Jenis ternak yang diusahakan petani di Kabupaten Pinrang yaitu  sapi, kerbau, kuda dan kambing. Sedangkan jenis unggas yaitu ayam buras, ayam ras petelur, ayam ras pedaging serta itik.
4.         Perikanan dan Kelautan
Potensi sumber daya laut untuk Kabupaten Pinrang yang mempunyai panjang pantai ± 93 Km sangat berlimpah dengan komoditas andalan antara lain perikanan laut dan darat khususnya komoditas ikan dan udang. Produksi udang di Kabupaten Pinrang sebagian besar dipasarkan keluar daerah antar pulau maupun ekspor dengan produksi perikanan darat tahun 2008 sebesar 880,85 ton dengan luas areal pengusahaan seluas 17. 173,45 Ha yang terdiri dari budidaya air payau maupun air tawar.
Kabupaten Pinrang dikenal sebagai salah satu “Lumbung Pangan” di Sulawesi Selatan sekaligus penghasil udang, ikan bandeng, ikan laut, kakao, kopi, kemiri dan kelapa. Sebagai daerah pertanian yang memiliki sumberdaya alam yang cukup, Pinrang juga memiliki kekayaan laut yang membentang sekitar 93 Km dari Parepare sampai ke Polewali Mandar (Polman) Sulbar dan  luas Kabupaten Pinrang yaitu 1. 961,77 km2. Secara administrasi pemerintahan Kabupaten Pinrang terbagi atas 12 Kecamatan yaitu Kecamatan Lembang, Batulappa, Duampanua, Cempa, Patampanua, Tiroang, Paleteang, Watang Sawitto, Mattiro Bulu, Lanrisang, Mattiro Sompe dan Suppa. dari 12 Kecamatan tersebut terdapat 6 (enam) kecamatan yang berada di Wilayah Pesisir dan Laut yaitu Kecamatan Lembang, Duampanua, Cempa, Mattiro Sompe, Lanrisang dan Suppa serta Kabupaten Pinrang memiliki 16 Desa pantai dan 5 Kelurahan pantai. Kabupaten Pinrang dapat dijangkau dengan menggunakan transportasi darat, jarak tempuh dari Kota Makassar adalah sepanjang 173 km dengan waktu tempuh sekitar 3,5 jam.
5.       Kehutanan
               Peranan hutan erat hubungannya dengan munculnya industri sebagai dimensi baru dalam kehidupan ekonomi manusia. Saat ini hutan tidak lagi sematamata dipandang sebagai sumber diperolehnya tanah pertanian baru melainkan sebagai sumber bahan mentah untuk industri, misalnya kayu, rotan dan damar. Areal hutan yang ada di Kabupaten Pinrang seluas 72. 828 Ha dengan rincian fungsi yaitu : Hutan lindung seluas 46. 782 Ha, Hutan produksi terbatas seluas 26. 049 Ha dan lahan kritis seluas 19. 000 Ha serta untuk pesisr pantai yang memungkinkan untuk rehabilitasi hutan mangrov sepanjang ± 92 km.
C.     Instalasi Perbibitan Rakyat (IPR) Malimpung
            Instalasi Perbibitan Rakyat (IPR) Malimpung merupakan suatu usaha peternakan yang sedang dikembangkan oleh bidang pengembangan produksi dan agribisnis peternakan Dinas pertanian dan peternakan Kabupaten Pinrang. Instalasi Perbibitan Rakyat (IPR) Malimpung sudah masuk dalam tahun anggaran 2011, dan sementara dioperasikan pada tahun 2012.
            Adapun komuditas yang sementara dikembang dalam kawasan Instalasi Perbibitan Rakyat Malimpung ini yaitu jenis sapi potong, Kamping peranakan Ettawa, dan  Ayam KUB .
            Luas lahan untuk Instalasi Perbibitan Rakyat (IPR) ini yaitu seluas 900 m2. Dengan pembagian lahan masing masing memiliki fungsi tersendiri. Dengan kata lain, dengan luas 9 Ha tersebut dibagi menjadi beberapa bagian area seperti untuk kantor, rumah, kandang, lahan Hijauan makanan ternak (HMT), Daerah Air Minum (DAM)/ embung dan padang penggembalaan untuk ternak.
            Adapun lokasi Instalasi Perbibitan Rakyat (IPR) Malimpung ini yaitu tepatnya berada dalam kawasan peternakan Kabupaten Pinrang yang terletak di desa Malimpung Kecamatan Patampanua Kabupaten Pinrang. Sebelah selatan Kawasan ini berbatasan langsung dengan Kecamatan Paleteang, disebelah  barat berbatasan dengan desa Mattiroade, dan disebelah utara dan timur masingmasing berbatasan dengan desa Sipatuo dan desa Padang Loang.
D.    Pembahasan
Beternak kambing, merupakan salah satu usaha yang cukup menjanjikan karena;
1.      Tidak memerlukan lahan yang luas
2.      Memilikidaya adaptasi yang tinggi terhadap lingkungansehingga mudah dipelihara dan dikembangkan
3.      Untuk berkembang biak tidak memerlukanwaktu yang lama
4.      Bahan pakan tidak mahal harganya karena dapat memanfaatkan limbah pertanian. Selain itu kambing merupakan sumber protein yang bernilai gizi tinggi
E.     Sistem Pemeliharaan
Instalasi Perbibitan Rakyat( IPR ) menggemukan kambing PE jantan untuk penghasil daging dan memelihara kambing PE betina untuk induk, sebagai penghasil anak. Pemilihan bakalan dilakukan dengan cara melihat cirinya yang mendekati Ettawa yaitu warna bulu belang hitam putih atau merah dan coklat putih, hidung melengkung, rahang bawah lebih menonjol, jantan dan betina memiliki tanduk, telinga panjang terkulai, memiliki kaki dan bulu yang panjang dan kesehatannya.
Sistem pemeliharaan yang digunakan di Instalasi Perbibitan Rakyat (IPR) adalah sistem pemeliharaan secara semi intensif yaitu menempatkan kambing dalam kandang dan mengembalakan , sehingga memudahkan dalam pemantauan kesehatan ternak dan supaya bisa mencari pakan dipadang pengembalaan dengan sendirinya.
Anak Kambing yang Dipilih untuk Bakalan.
Untuk memudahkan dalam pengontrolan ternak, di Instalasi Perbibitan Rakyat sudah mulai melakukan rekording pada ternak.Kegiatan ini dilakukan untuk memudahkan dalam pengelolaan atau pemeliharaan ternak. Hal-hal yang dicatat dalam kartu rekording antara lain jenis kelamin, nomor ternak, penyakit, umur, keadaan ternak dan jenis pakan yang diberikan. Rekording di peternakan ini masih banyak kekurangannya, antara lain belum ada data tentang induk ternak, kebuntingan, dan cara perkawinan (IB atau alami)..
F.      Pakan
Pakan yang diberikan dapat terdiri dari konsentrat dan dedak dengan perbandingan1: 3 atau penggabungan beberapa bahan pakandengan perbandingan dedak sebanyak 50%,bungkil kelapa 25%, tepung jagung 15%, bungkilkacang tanah 8%, garam dapur 1%, tepung tulang0,5% dan kapur 0,5% sebagai pakan tambahan.Kambing dapat diberikan rumput-rumput seperti:rumput gajah, rumput setaria, rumput benggala,rumput raja dan rumput alam dan dedaunan,seperti daun lamtoro, daun turi, daun gamal, daunkacang dan daun kaliandra.
Pakan hijauan /rumput dapat diberikan sebanyak 15 - 20% dari berat badankambing. Pakan konsentrat dapat diberikan 0,5kg/ekor/hari untuk memacu pertumbuhan beratbadan, dapat diberikan growth stimulant (GS)berupa Bio-N-Plus.
Pemberian Pakan
Komposisi rumput dan daunan untuk kambing :
Kambing dewasa membutuhkan 75% rumput dan25% daunan
Kambing bunting membutuhkan 60% rumput dan40% daunan
Kambing menyusui membutuhkan 50% rumputdan 50% daunan
Kambing Anak lepas membutuhkan 60% rumputdan 40% daunan.


G.    Perkandangan
Sistem perkandangan di Instalasi Perbibitan Rakyat ( IPR ) adalah sistem perkandangan kelompok. Kandang merupakan salah satu unsur tata laksana yang harus mendapatkan perhatian yang cukup. Kandang yang baik akan memberikan dampak positif baik bagi ternak itu sendiri maupun bagi peternak. Perkembangan ternak akan optimal karena mempunyai tempat tinggal yang nyaman dan bersih. Pada akhirnya ternak bisa terhindar dari penyakit karena sanitasi kandang  yang baik.
Faktor yang harus diperhatikan dalam pembuatan kandang adalah suhu, cahaya, ventilasi dan kelembaban. Artinya kandang cukup mendapat cahaya matahari, mempunyai ventilasi yang baik dan mendapatkan udara segar yang cukup.
Bahan-bahan pembuat kandang yaitu lantai, dinding dan tempat pakan harus terbuat dari bahan yang mudah didapat dan tahan lama.Penempatan kandang cukup jauh dari rumah penduduk, sehingga kontaminasi dengan kandang semakin kecil.Ukuran kandang untuk masing-masing status fisiologis kambing juga harus diperhatikan.
Untuk kandang kambing yang sedang beranak ukurannya 120 cm x 120 cm/ekor; kandang induk ukurannya 100 cm x 125 cm/ekor; kandang anak ukurannya 100 cm x 125 cm/ekor; kandang pejantan ukurannya 110 cm x 125 cm/ekor dan untuk kandang dara ukurannya 100 cm x 125 cm/ekor.Untuk kambing yang sakit dibuatkan kandang terpisah agar penyakitnya tidak menular.

Dalam hal ini kandang memiliki fungsi sebagai berikut ini:
a.       Kandang harus dapat melindungi kambing dari hewan-hewan pemangsa maupun hewan penganggu.
b.      Kandang harus dapat mempermudah kambing dalam melakukan aktifitas keseharian kambing seperti makan, minum, tidur, kencing, atau buang kotoran.
c.       Kandang dapat mempermudah peternak dalam melakukan pengawasan dan menjaga kesehatan ternak.
d.      Sebagai tindakan preventif agar supaya kambing tidak merusak taneman dan fasilitas lain yang berada di sekitar lokasi kandang, serta menghindari terkonsumsinya pakan yang berbahaya bagi kesehatan kambing.
H.    Pengendalian Penyakit
Kegiatan pengendalian penyakit yang dilakukan meliputi, sanitasi kandang, sanitasi peralatan, sanitasi lingkungan perkandangan, dan sanitasi pekerja.Kandang dibersihkan setiap satu minggu sekali.Sanitasi pekerja dilakukan dua kali sehari (mandi) yaitu sebelum dan sesudah melakukan aktivitas di kandang.Sanitasi pekerja dilakukan agar kebersihan dan kesehatan pekerja dapat terjaga sehingga terhindar dari kuman penyakit yang mungkin berasal dari kambing yang sedang sakit.
Penanganan ternak yang sakit di Instalasi Perbibitan Rakyat (IPR) sudah cukup baik. Ternak yang mengalami mencret, diobati dengan cara diberi larutan garam dan gula masing-masing 10 gram dengan air ± 2,5 liter, atau diberikan larutan oralit atau tablet karbon aktif (norit) sebanyak 2 tablet, juga dapat menggunakan daun jambu biji yang sudah ditumbuk.
Kambing yang terserang kudis diobati dengan menyuntikkan Ivomic ± 2 ml dibawah kulit.Kulit yang terserang digosok dengan beberapa campuran serbuk belerang, kunyit, dan minyak kelapa yang dipanaskan.Selain itu, kambing juga harus disuntik hematopan ± 3 ml, untuk mencegah anemia.
Pemberian Obat pada Ternak yang Sakit.
Pengobatan pada kambing yang cacingan dilakukan dengan beberapa cara antara lain diberi obat cacing jenis Albendazole sebanyak 5 ml secara oral. Obat cacing Dovenix ± 1 ml dan yang disuntikan di bawah kulit (Ilustrasi 8), atau diberi pelet buah pinang (jambe) tua. Selain itu, ternak disuntik dengan Hematopan ± 3 ml.
Pengobatan untuk kambing yang terserang kembung dengan cara memberikan minyak kelapa atau minyak kacang ± 100 ml, menekan perut yang kembung atau menusuknya antara tulang rusuk dan tulang panggul, mulut ternak diusahakan tetap terbuka dan ternak dalam posisi berdiri. Ternak disuntik dengan antibiotika 3 ml dan diberi permethyl 3%, atau minuman bersoda ± 200 ml.
Pengobatan untuk kambing yang terkena penyakit mata dilakukan dengan cara mengolesi mata dengan salep Terramycin 0,1 %, atau dengan disemprotkan air garam ke mata ternak secara rutin, bila sudah kronis diberi obat mata Sofradex.
Penanganan limbah di Instalasi Perbibitan Rakyat ( IPR ), belum maksimal. Limbah padat di peternakan ini hanya di tampung saja, tidak diolah lebih lanjut.Limbah cair hanya dibuang, belum dikelola dengan baik.








BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A.    Kesimpulan
Kesimpulan yang dapat diambil dari Praktek Kerja Lapangan di Instalasi Perbibitan Rakyat adalah tatalaksana pemeliharaan ternaknya sudah dilaksanakan dengan baik.Hal ini dapat dilihat dari beberapa aspek diantaranya pengadaan pakan, pengelolaan ternak, pertambahan bobot badan harian, sanitasi, pengendalian penyakit dan sistem perkandangannya.
B.        Saran
Perlu adanya recording yang lebih jelas agar diketahui data tentang induk ternak, kebuntingan, dan perkawinannya.Selain itu, limbah padat dan cair perlu dikelola dengan baik, agar menambah penghasilan.










DAFTAR PUSTAKA

Anonimus. 2009. Kambing Etawah. Erlangga.http://www.infoternak.com/kambing kacang(Diakses 17 April 2013)

Blakely, J dan D.H. Blade. 1998. Ilmu Petemakan. Edisi ke-4. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. (Diterjemahkan oleh: B. Srigandono ).

Devendra, C. Dan M. Burns. 1994. Produksi Kambing di Daerah Tropis. Penerbit ITB, Bandung


Tidak ada komentar: